UEA Resmi Legalkan Mobil Tanpa Sopir di Jalan Umum

UEA Resmi Legalkan Mobil Tanpa Sopir di Jalan Umum

Mobil otomatis tanpa sopir kini resmi mendapat lampu hijau di Uni Emirat Arab (UEA), menjadikannya negara pertama di Timur Tengah dan kedua secara global yang menguji teknologi revolusioner ini di jalan umum. Saat ini, kita menyaksikan perubahan besar dalam industri transportasi dengan hadirnya kendaraan otonom yang mampu beroperasi tanpa campur tangan manusia.

Selain UEA, Jerman juga bersiap menjadi pionir global dengan rencana membawa mobil tanpa pengemudi dari laboratorium penelitian langsung ke jalan raya, dengan target penerapan undang-undang pada tahun 2022. Sementara itu, di Asia Tenggara, Singapura telah memulai uji coba layanan tumpangan mobil tanpa sopir melalui kemitraan antara Grab dan startup nuTonomy, yang berharap dapat mengoperasikan hingga 100 taksi otomatis secara komersial. Tren ini menunjukkan bagaimana mobil otomatis tanpa sopir Indonesia juga berpotensi berkembang di masa depan, mengikuti jejak negara-negara tetangga.

Fenomena ini tidak mengherankan mengingat proyeksi di Amerika Serikat yang memperkirakan bahwa pada akhir dekade berikutnya, sekitar 20% hingga 25% perjalanan akan menggunakan mobil tanpa sopir. Oleh karena itu, kami akan mengulas secara mendalam bagaimana UEA melegalkan teknologi ini dan apa implikasinya bagi perkembangan transportasi global.

UEA sahkan mobil tanpa sopir di jalan umum

Keputusan bersejarah telah diambil oleh pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) yang secara resmi menyetujui pengujian mobil otomatis tanpa sopir di jalan-jalan umum. Penguasa Dubai, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, mengumumkan persetujuan ini setelah memimpin rapat kabinet di Expo 2020 Dubai.

“Saya memimpin rapat kabinet di Expo 2020 Dubai, di mana kami menyetujui permintaan yang diajukan oleh Kementerian Dalam Negeri untuk mulai menguji mobil self-driving di jalan UEA,” kata Sheikh Mohammed dalam pernyataannya. Selanjutnya, laporan hasil pengujian akan diserahkan ke Dewan untuk mendapatkan persetujuan permanen di masa depan jika teknologi ini berhasil diadopsi.

Keputusan ini merupakan bagian dari strategi UEA untuk menjadi pemimpin global dalam inovasi dan aplikasi teknologi canggih. Sheikh Mohammed menegaskan, “Tujuan kami adalah agar kendaraan jenis ini lebih aman dan andal”[63].

Meskipun demikian, UEA bukan pemula dalam mengembangkan transportasi otonom. Pada 2009, Dubai telah meluncurkan metro pertama tanpa pengemudi di Timur Tengah. Bahkan pada Juli 2023, perusahaan teknologi WeRide mendapatkan lisensi kendaraan swakemudi nasional pertama yang memungkinkan pengujian di seluruh wilayah UEA. Dengan demikian, Dubai berambisi menjadikan 25 persen jaringan transportasinya menjadi otonom pada tahun 2030.

Pemerintah targetkan keamanan dan efisiensi transportasi

Pengembangan mobil otomatis tanpa sopir di UEA tidak hanya tentang inovasi teknologi, tetapi juga untuk mencapai tujuan keamanan dan efisiensi transportasi. Menurut data dari National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA), sekitar 94 persen kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh kesalahan manusia. Dengan mengeliminasi faktor human error, mobil tanpa pengemudi diproyeksikan dapat mengurangi kecelakaan hingga 90%.

Mattar At-Tayer, Ketua Dewan Pelaksana RTA Dubai, menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari rencana Pemerintah UEA untuk mensahkan 2015 sebagai tahun inovasi di negara Teluk tersebut. Pemerintah Dubai menargetkan 25% dari total perjalanan transportasi menjadi perjalanan otonom pada tahun 2030.

Selain meningkatkan keselamatan, mobil tanpa sopir menawarkan beberapa keuntungan:

  • Mengurangi kemacetan lalu lintas melalui komunikasi antar kendaraan
  • Meningkatkan efisiensi bahan bakar dengan mengoptimalkan rute
  • Menurunkan biaya operasional karena tidak memerlukan pengemudi

“Ini adalah peluang besar untuk mengurangi kecelakaan dan membuat mobilitas lebih terjangkau, karena penghematan yang didapat dari tidak memiliki pengemudi dapat diteruskan ke pelanggan,” jelas Bahrozyan.

Fase pertama implementasi di Dubai telah menunjukkan hasil positif dengan pengurangan kecelakaan dan waktu respons darurat yang lebih cepat. Pendekatan ini akan terus berkembang dengan perluasan jaringan jalan yang dicakup dari 480 kilometer menjadi lebih dari 700 km.

Bagaimana proses legalisasi dan pengujian dilakukan?

Proses legalisasi mobil tanpa pengemudi di UEA dimulai dengan persetujuan kabinet terhadap lisensi sementara untuk menguji teknologi ini di jalan raya. Kementerian Dalam Negeri, bekerja sama dengan kantor Kecerdasan Buatan, mengajukan permohonan resmi yang kemudian disetujui. Selama fase pengujian, kontrol khusus diberlakukan dan diawasi oleh sekelompok lembaga pemerintah, masing-masing sesuai dengan wilayah kewenangannya.

WeRide, perusahaan teknologi asal China, menjadi pionir dengan memperoleh lisensi kendaraan swakemudi nasional pertama di UEA. Dengan lisensi ini, WeRide dapat menguji kendaraan otonom Level 4 yang mampu mengambil alih semua tugas mengemudi, meskipun masih memiliki setir dan pedal jika pengemudi manusia ingin mengambil alih kendali.

Namun, untuk memastikan keamanan maksimal, pada tahap awal pengujian setiap kendaraan melibatkan seorang “safety officer” yang duduk di bangku kemudi. Petugas ini bertugas mengawasi sistem dan siap mengambil alih kendali jika sistem otonom tidak berfungsi dengan baik, serta memberikan evaluasi tentang kinerja sistem.

Sebelumnya, beberapa perusahaan seperti WeRide dan Cruise (milik General Motors) telah menguji kendaraan self-driving di UEA dalam kondisi yang lebih terbatas. Perusahaan lokal TXAI bahkan telah menawarkan tumpangan gratis dengan robotaksi yang didukung WeRide di Pulau Yas, Abu Dhabi.

Saat ini, UEA baru memiliki lisensi sementara untuk mobil otomatis tanpa sopir dan belum memiliki undang-undang resmi seperti di Israel. Meskipun demikian, langkah ini menempatkan UEA sebagai negara pertama di Timur Tengah dan kedua di dunia yang menguji penerapan teknologi ini.

Kesimpulan

Seiring dengan perkembangan ini, UEA tidak diragukan lagi telah membuktikan diri sebagai pionir dalam adopsi teknologi mobil otonom di Timur Tengah. Langkah berani untuk melegalkan mobil tanpa sopir di jalan umum menunjukkan komitmen negara tersebut terhadap inovasi transportasi masa depan. Tentu saja, keputusan ini bukan hanya tentang kecanggihan teknologi, tetapi juga menyangkut keselamatan pengguna jalan yang menjadi prioritas utama.

Selain itu, target Dubai untuk menjadikan 25% jaringan transportasinya menjadi otonom pada tahun 2030 menggambarkan visi jangka panjang yang jelas. Oleh karena itu, pengujian yang sedang berlangsung dengan perusahaan seperti WeRide menjadi sangat penting untuk kesuksesan implementasi penuh teknologi ini.

Meskipun masih dalam tahap awal, potensi mobil tanpa sopir untuk mengurangi kecelakaan hingga 90% merupakan pencapaian yang sangat berarti. Faktanya, pengurangan kesalahan manusia dalam mengemudi bisa menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahunnya. Dengan demikian, kita melihat bagaimana teknologi ini tidak hanya mengubah cara kita berpindah tempat, tetapi juga meningkatkan standar keselamatan secara drastis.

Pada akhirnya, keberhasilan UEA dalam mengadopsi teknologi mobil otonom kemungkinan besar akan menjadi contoh bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia. Maka dari itu, perkembangan ini patut kita perhatikan karena cepat atau lambat, revolusi mobil tanpa sopir akan menjangkau lebih banyak negara di seluruh dunia. Tantangan regulasi, infrastruktur, dan penerimaan masyarakat memang masih ada, namun langkah penting telah diambil untuk masa depan transportasi yang lebih aman dan efisien.

Baca juga artikel Risiko Etika Chatbot 2025: Temuan Jurnal AI Terkini !!!

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *