Kebakaran dahsyat telah melumpuhkan wilayah Jakarta Utara, khususnya di kawasan padat penduduk Kapuk Muara. Tragedi ini menghanguskan area seluas tiga hektare dengan 470 rumah yang hangus terbakar. Akibatnya, sekitar 750 kepala keluarga atau setara dengan 3.200 jiwa kehilangan tempat tinggal mereka. Sebelumnya, kami mendapat informasi bahwa kebakaran diduga berasal dari rumah warga yang sedang memasak kue dan ditinggal dalam keadaan menyala.
Berdasarkan laporan Polres Jakarta Utara, kejadian ini semakin parah karena terjadi saat sebagian besar warga sedang menunaikan shalat Jumat. Hal ini membuat banyak warga terkejut ketika kembali ke rumah mereka. Cuaca Jakarta Utara yang cenderung kering pada saat kejadian juga turut memperburuk situasi. Perlu dicatat bahwa kawasan dengan kode pos Jakarta Utara Penjaringan ini merupakan daerah dengan bangunan semi permanen yang sangat rentan terhadap bahaya kebakaran. Walaupun demikian, tim pemadam kebakaran berhasil menyelamatkan 450 rumah dan 750 kepala keluarga yang berada di dekat lokasi kebakaran.
Kebakaran melanda Kapuk Muara saat warga beraktivitas

Api pertama kali muncul pada Jumat (6/6/2025) saat sebagian besar warga Kapuk Muara, Jakarta Utara sedang menjalankan ibadah salat Jumat. Kebakaran dilaporkan mulai sekitar pukul 12.18 WIB ketika salah satu bangunan semi permanen atau rumah panggung terbakar. Dalam waktu singkat, api terus membesar dan menjalar ke bangunan sejenis di sekitarnya karena material bangunan yang mudah terbakar.
Menurut kesaksian Solihin (50), salah satu warga yang menjadi korban, api diduga berasal dari rumah warga yang sedang memasak kue dan ditinggal dalam keadaan menyala. “Titik apinya infonya dari rumah warga lagi masak kue, posisinya ditinggal, terus apinya merambat,” ujarnya. Solihin menambahkan bahwa ia terkejut saat kembali dari masjid dan mendapati rumahnya sudah dilalap si jago merah.
Sementara itu, Jauhari (30), warga lainnya, mengalami nasib serupa. Dia menceritakan bahwa saat kebakaran terjadi, dirinya sedang tertidur pulas. “Waktu itu saya lagi tidur, di belakang rumah saya tiba-tiba besar aja, itu dari warung mie,” tuturnya. Jauhari tidak sempat menyelamatkan barang berharga apa pun karena kobaran api yang cepat membesar.
Kondisi cuaca Jakarta Utara yang cenderung kering saat itu memperburuk situasi. Kebakaran tersebut melahap area seluas tiga hektare atau sekitar 30.000 meter persegi. Struktur rumah yang semi permanen dengan material mudah terbakar menjadi faktor utama cepatnya penyebaran api. Terlebih lagi, kondisi permukiman yang padat membuat api semakin cepat menjalar dari satu rumah ke rumah lainnya.
Muna (40), warga RT 17, juga menyaksikan awal mula kebakaran. Dia mengaku melihat asap hitam dari kobaran api yang muncul dari belakang rumahnya. “Api udah kedengeran dari belakang ngebakar gitu, ‘keretak, keretak, keretak’. Ah, saya ngira paling kebakaran kecil, korsleting karena memang biasanya gitu. Lah pas saya keluar kok api gede, langsung masuk bangunin anak-anak di kamar, suruh keluar,” ungkapnya.
Bahkan, Kusnaini (55), warga lainnya, menyebutkan bahwa kebakaran di permukiman tersebut bukan kali pertama terjadi. “Empat kali, ini yang paling gede,” ujarnya. Peristiwa kebakaran Kapuk Muara sebelumnya terjadi pada 2010, 2012 saat Idul Fitri, 2016, dan tahun ini.
Petugas padamkan api meski hadapi kendala teknis
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mengerahkan puluhan unit pemadam untuk mengendalikan api di Kapuk Muara. Menurut Kepala Dinas Gulkarmat Jakarta, Bayu Meghantara, petugas mulai memadamkan api sekitar pukul 12.18 WIB. Hingga pukul 18.00 WIB, sebanyak 29 unit mobil pemadam kebakaran dengan 150 personel diterjunkan ke lokasi.
Meskipun demikian, penanganan kebakaran di permukiman padat penduduk ini menghadapi beberapa kendala teknis. “Kendala ini kan memang kawasan padat, sehingga akses air, luasnya cukup luas, kami perlukan banyak air, kami terus cari dukungan air,” ujar Bayu saat ditemui di lokasi, Jumat (6/6/2025).
Selain keterbatasan air, petugas juga menghadapi tantangan akses jalan yang sempit. Pantauan di lokasi menunjukkan hanya jalan setapak atau gang kecil yang tersedia untuk masuk ke pemukiman padat penduduk tersebut. Unit damkar harus menarik selang yang disambung-sambung hingga mencapai titik api.
Bayu menjelaskan bahwa area terdampak terdiri dari material yang sangat mudah terbakar. “Memang terdiri dari tumpukan sampah, lapak barang bekas, hingga rumah-rumah warga yang berbentuk semipermanen,” katanya. Kondisi ini membuat api sulit dipadamkan dan bahkan sempat muncul kembali setelah padam.
Akibatnya, petugas harus menggunakan strategi khusus. “Kami nyisir. Kami di sisi-sisi luar ini dapat kami punya akses. Dan tentu dengan bantuan selang, selang ini kan bisa tereksekusi lah kira-kira untuk pemadamannya,” tambah Bayu.
Untuk mempercepat proses pemadaman, petugas juga menggunakan semprotan foam atau cairan khusus. Bahkan, Dinas Sumber Daya Air memberikan bantuan dua alat berat untuk mengatasi keterbatasan akses di lokasi kebakaran.
Upaya pemadaman dilakukan melalui kolaborasi lintas sektor yang melibatkan tidak hanya Dinas Gulkarmat, tetapi juga TRC BPBD, PMI, AGD Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Satpol PP, PLN, PSKB/Tagana Dinas Sosial, serta dukungan dari personel Polsek dan Koramil setempat.
Perjuangan petugas pemadam kebakaran di Kapuk Muara, Jakarta Utara, berlangsung hampir 12 jam. Namun, berkat kerja keras dan strategi yang tepat, api akhirnya berhasil dipadamkan. “Saat ini pukul 6 sore, ini alhamdulillah api sudah dapat dikuasai,” kata Bayu kepada wartawan di lokasi.
Ribuan warga terdampak dan mengungsi ke tenda darurat

Akibat kebakaran dahsyat di Kapuk Muara, ribuan warga kini terpaksa mengungsi. Ketua RW 04 Kapuk, Sudiono, mengatakan bahwa 3.200 jiwa yang terdiri dari 800 kepala keluarga terdampak akibat kebakaran ini. Mereka kehilangan tempat tinggal setelah ratusan rumah habis dilalap si jago merah pada hari raya Idul Adha. “Kupon baru saja dibagikan dan daging belum sempat diberikan,” ungkap salah satu korban.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bergerak cepat mendirikan tenda-tenda pengungsian di lahan milik PT. DHI yang berada tidak jauh dari lokasi kebakaran. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta Utara bersama Dinas Sosial dan Kementerian Sosial telah membangun 10 tenda dengan kapasitas masing-masing 50-60 orang.
Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi, BPBD DKI Jakarta telah mendistribusikan bantuan logistik berupa 100 dus air mineral, 55 paket perlengkapan anak, 19 paket perlengkapan keluarga, serta empat lembar terpal. “Kami memastikan bantuan logistik yang diberikan mencakup kebutuhan paling mendesak, termasuk air minum, perlengkapan anak, serta kebutuhan keluarga dan hunian sementara,” kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi DKI Jakarta, Isnawa Adji.
Meskipun demikian, kondisi pengungsi masih memprihatinkan. Banyak warga yang hanya memiliki baju yang melekat di badan karena tidak sempat menyelamatkan harta benda mereka. “Kami tidak sempat selamatkan harta benda,” kata Siswoyo, salah satu korban.
Kerugian material akibat kebakaran ini ditaksir mencapai Rp 8 miliar. Selain rumah warga, kebakaran juga menghanguskan tiga unit lapak warung serta satu unit gudang. Total area yang terbakar mencapai tiga hektare atau setara dengan 30.000 meter persegi.
Hingga saat ini, koordinasi terus dilakukan oleh berbagai pihak untuk memastikan proses evakuasi, pelayanan kesehatan, serta distribusi bantuan berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Isnawa menegaskan bahwa BPBD DKI Jakarta terus berkomitmen memberikan pelayanan terbaik kepada warga terdampak serta memastikan pemulihan setelah kejadian berjalan secara optimal.
Kesimpulan
Dampak Jangka Panjang dan Upaya Pemulihan Pasca Kebakaran
Kebakaran dahsyat di Kapuk Muara, Jakarta Utara, telah memberikan pelajaran berharga bagi semua pihak. Sekitar 3.200 jiwa atau 800 kepala keluarga kini harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan tempat tinggal dan harta benda. Musibah yang terjadi saat sebagian warga sedang menunaikan shalat Jumat ini sungguh meninggalkan luka mendalam, terlebih karena bertepatan dengan hari raya Idul Adha.
Melihat kronologi kejadian, kebakaran yang berawal dari rumah warga yang sedang memasak kue menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan terhadap bahaya api, terutama di kawasan padat penduduk. Terlebih lagi, struktur bangunan semi permanen dengan material mudah terbakar menjadi faktor utama cepatnya penyebaran api.
Kendati demikian, kerja keras petugas pemadam kebakaran patut diapresiasi. Selama hampir 12 jam, 29 unit mobil pemadam dengan 150 personel berjuang melawan si jago merah. Meskipun menghadapi berbagai kendala seperti akses jalan sempit dan keterbatasan air, mereka berhasil memadamkan api dan mencegah kebakaran menyebar lebih luas.
Upaya penanganan pasca kebakaran juga telah dilakukan dengan cepat. BPBD Jakarta Utara bersama Dinas Sosial dan Kementerian Sosial segera mendirikan tenda pengungsian dan mendistribusikan bantuan logistik. Namun, perhatian jangka panjang tetap diperlukan mengingat besarnya kerugian yang ditaksir mencapai Rp 8 miliar.
Pada akhirnya, kebakaran di Kapuk Muara ini seharusnya menjadi momentum untuk mengevaluasi kembali sistem penanggulangan kebakaran di permukiman padat penduduk. Mengingat kawasan ini telah mengalami kebakaran sebanyak lima kali, maka dibutuhkan strategi pencegahan yang lebih efektif. Selain itu, penataan permukiman dengan memperhatikan aspek keselamatan juga perlu mendapat prioritas untuk mencegah tragedi serupa terulang di masa mendatang.
Tantangan terbesar saat ini adalah memastikan ribuan pengungsi mendapatkan bantuan yang memadai serta mempercepat proses rekonstruksi dan rehabilitasi. Tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat luas, proses pemulihan tentu akan berjalan lambat. Oleh karena itu, semua elemen masyarakat perlu bahu-membahu membantu para korban kebakaran agar mereka dapat kembali menjalani kehidupan normal sesegera mungkin.