Rata-rata orang menghabiskan 6-7 jam setiap hari online, dan digital detox menjadi kebutuhan mendesak bagi kita semua. Kita bahkan membuka ponsel kita puluhan kali sehari (satu studi menemukan sekitar 58 kali!). Ternyata, 77% Gen Z merasa mereka menghabiskan terlalu banyak waktu online, sementara lebih dari 60% melaporkan mengalami masalah kesehatan mental setidaknya sekali dalam sebulan terakhir.
Pada kenyataannya, pencarian untuk “digital detox vision board” meningkat hingga 273%, menunjukkan bahwa makna digital detox semakin dipahami oleh generasi muda. Tidak mengherankan, 67% konsumen berusia 16-24 tahun sekarang secara rutin mempraktikkan beberapa bentuk pemutusan digital. Manfaat digital detox sudah terbukti, dengan 43% responden mencatat peningkatan signifikan setelah menerapkannya. Oleh karena itu, kami percaya bahwa strategi digital detox yang sederhana namun efektif dapat menjadi penyelamat kesehatan mental kita di era digital ini.
Di artikel ini, kita akan membahas mengapa Digital Detox Sunday menjadi rahasia ketenangan Gen Z di tahun 2025, apa saja manfaatnya, dan bagaimana Anda bisa memulainya sendiri. Bersiaplah untuk menemukan kembali keseimbangan digital dalam hidup Anda!
Mengapa Digital Detox Sunday Dibutuhkan di 2025
Di Indonesia, 185 juta orang menggunakan internet dengan waktu rata-rata 7 jam 38 menit setiap hari, dengan 3 jam 11 menit dihabiskan di media sosial. Angka yang mencengangkan ini menunjukkan betapa teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, namun juga memperlihatkan mengapa digital detox semakin mendesak di tahun 2025.
Waktu layar harian yang berlebihan
Secara global, sekitar 79% remaja berusia 15-24 tahun menggunakan internet dan menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari di berbagai platform digital. Bahkan, rata-rata orang mengecek ponselnya hingga 58 kali sehari. Studi menunjukkan bahwa screen time berlebihan dapat menurunkan kualitas tidur dan meningkatkan risiko gejala depresi pada remaja. Generasi Z yang terlalu banyak menggunakan gadget juga mengalami perubahan mood yang ekstrem, seperti mudah marah atau tertekan.
Kecemasan dan kelelahan digital
Studi terbaru menemukan bahwa 50% Milenial dan 48% Gen Z mengalami burnout digital akibat terlalu lama di depan layar. Lebih dari separuh (54%) Gen Z mengatakan kecemasan mereka semakin memburuk selama setahun terakhir, terutama tahun 2023. Selain itu, sebuah survei tahun 2024 mengungkap bahwa 1 dari 4 orang dewasa merasa media sosial berdampak buruk pada kondisi psikologis mereka.
Tanda-tanda seseorang membutuhkan digital detox meliputi: merasa cemas ketika tidak dapat menemukan gawai, tertekan setelah mengakses media sosial, dan sulit berkonsentrasi tanpa terdistraksi membuka gawai. Meskipun teknologi membawa berbagai kemudahan, fenomena digital overload dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental.
FOMO dan tekanan sosial dari media
Menurut penelitian dari jurnal California Baptist University (2024), Gen Z mengalami tingkat FOMO (Fear of Missing Out) tertinggi dibandingkan generasi lainnya. FOMO adalah perasaan takut, cemas, atau khawatir yang muncul saat seseorang kehilangan informasi baru, seperti tren atau aktivitas orang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65% responden mengalami gejala kecemasan yang signifikan akibat perbandingan sosial di media sosial. Para responden melaporkan bahwa mereka merasa rendah diri dan tidak cukup baik ketika melihat kehidupan orang lain yang tampaknya menarik. Rata-rata, mereka menghabiskan antara empat sampai lima jam setiap hari di platform media sosial.
Media sosial sering menciptakan ilusi tentang kehidupan yang sempurna, menampilkan standar yang tidak realistis mengenai pencapaian dan penampilan fisik. Oleh karena itu, Digital Detox Sunday menjadi solusi penting untuk mengatasi kecemasan digital dan menjaga keseimbangan mental di era yang serba terhubung ini.
Kesadaran Baru Gen Z tentang Kesehatan Digital
Sejak beberapa tahun terakhir, telah terjadi pergeseran signifikan dalam cara Gen Z memandang teknologi digital. Survei American Psychological Association tahun 2023 menunjukkan bahwa 46% Gen Z melaporkan tingkat stres yang tinggi, dengan 70% mengalami gejala kecemasan dan depresi selama pandemi. Fakta ini menjadi titik balik kesadaran mereka tentang kesehatan digital.
Tren #digitaldetox dan #JOMO
Berbeda dengan FOMO (Fear of Missing Out), kini muncul fenomena JOMO (Joy of Missing Out) – kebahagiaan karena tidak ikut-ikutan tren digital. JOMO adalah kondisi ketika seseorang merasa lega, nyaman, bahkan bahagia karena tidak selalu terhubung. Fenomena ini bukan sekadar perlawanan terhadap budaya digital yang melelahkan, tapi juga bagian dari meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental.
Tren seperti uninstall media sosial, mematikan notifikasi, atau libur gadget di akhir pekan menunjukkan keinginan Gen Z untuk lebih hadir di dunia nyata. Di tengah era oversharing, muncul tren menjadi ‘low profile’ yang menganggap privasi lebih keren daripada eksistensi digital berlebihan.
Peran pandemi dalam membuka mata
Pandemi telah menjadi katalisator kesadaran kesehatan digital. Generasi Z lebih terbuka saat mengalami masalah kesehatan mental, salah satunya karena kedekatan mereka dengan media sosial. Keadaan mental Gen Z terdorong ke tepi jurang selama pandemi, menjadikan mereka generasi yang paling cemas karena gangguan kecemasan, bullying, dan tekanan waktu.
Perubahan nilai: dari koneksi ke ketenangan
Salah satu keunggulan utama Gen Z adalah kemampuan mereka memanfaatkan teknologi secara bijak. Namun, mereka juga memiliki kesadaran tinggi terhadap isu kesehatan mental. Tidak seperti generasi sebelumnya yang menganggap kesehatan mental sebagai tabu, Gen Z lebih terbuka membahas dan mencari bantuan untuk masalah tersebut.
Gen Z kini lebih proaktif menjaga kesehatan mental, menggunakan aplikasi meditasi, mengikuti terapi online, dan mempromosikan pentingnya kesejahteraan emosional. Mereka juga memiliki orientasi kuat terhadap kesehatan preventif, menyadari pentingnya pola hidup sehat daripada hanya mengandalkan pengobatan.
Manfaat Digital Detox Sunday bagi Kesehatan Mental

Berdasarkan penelitian dari University of California, San Francisco (2022), setelah seminggu melakukan digital detox, peserta mengalami penurunan stres sebesar 30% dan merasa lebih fokus serta terhubung dengan dunia nyata. Manfaat ini hanya salah satu dari banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan saat melepaskan diri dari gadget secara teratur.
Mengurangi stres dan kecemasan
Salah satu manfaat terbesar dari digital detox adalah pengurangan tingkat stres yang signifikan. Ketika kita mengurangi waktu yang dihabiskan di perangkat digital, kita memberi diri kesempatan untuk benar-benar fokus pada hal-hal di sekitar tanpa gangguan notifikasi. Sebuah studi dari University of Pennsylvania menemukan bahwa penggunaan media sosial yang dibatasi hingga 30 menit per hari dapat mengurangi gejala depresi dan kecemasan secara signifikan. Selain itu, paparan digital yang terus-menerus terbukti meningkatkan kadar kortisol (hormon stres) dalam tubuh.
Meningkatkan kualitas tidur
Paparan cahaya biru dari layar perangkat digital, terutama sebelum tidur, dapat menurunkan produksi melatonin dalam tubuh. Akibatnya, kita akan merasa kesulitan tidur atau memiliki kualitas tidur yang buruk. Studi eksperimental menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) menunjukkan bahwa kelompok yang melakukan digital detox mengalami peningkatan signifikan dalam kualitas tidur dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sleep Foundation bahkan menyarankan menghindari layar setidaknya 30-60 menit sebelum tidur untuk tidur yang lebih berkualitas.
Fokus dan produktivitas yang lebih baik
Ketergantungan terhadap perangkat digital sering mengalihkan perhatian dari pekerjaan penting. Waktu yang terbuang untuk memeriksa media sosial atau menjawab pesan dapat memengaruhi produktivitas kita. Menurut American Psychological Association, interupsi digital berulang bisa menurunkan produktivitas hingga 40%. Dengan mengurangi gangguan dari perangkat digital, kita dapat menyelesaikan tugas dengan lebih efisien dan meningkatkan konsentrasi.
Koneksi sosial yang lebih bermakna
Keberadaan ponsel, bahkan ketika tidak digunakan, dapat mengurangi kualitas interaksi sosial. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa melihat ponsel yang menyala di meja dapat mengganggu percakapan. Digital detox mendorong kita untuk berinteraksi langsung dengan orang-orang di sekitar, meningkatkan kualitas hubungan sosial dan emosional. Alih-alih terfokus pada layar, kita bisa hadir sepenuhnya dalam kehidupan nyata dan mempererat ikatan dengan orang terdekat.
Merasakan kembali kebahagiaan sederhana
Digital detox memberi kesempatan untuk berhenti membandingkan diri dengan orang lain dan lebih fokus pada pencapaian dan kebahagiaan diri sendiri. Ini akan memperbaiki citra diri dan meningkatkan rasa percaya diri kita. Saat kita melepaskan diri dari beban informasi digital, aktivitas seperti membaca buku, memasak, berolahraga, atau bercengkerama dengan keluarga kembali menjadi rutinitas yang menyenangkan. Pada akhirnya, kita dapat menemukan kembali makna melalui kehadiran penuh di momen saat ini.
Strategi Praktis untuk Memulai Digital Detox Sunday
Memulai digital detox tidak harus rumit. Dengan beberapa langkah sederhana, kita bisa menciptakan keseimbangan yang lebih sehat antara kehidupan digital dan dunia nyata. Berikut strategi praktis yang bisa kamu terapkan mulai minggu ini.
Audit aplikasi dan hapus yang tidak perlu
Aplikasi yang jarang digunakan seringkali menumpuk dan memakan banyak ruang penyimpanan. Coba periksa ponselmu dan hapus aplikasi yang tidak lagi kamu butuhkan. Di Android, buka “Pengaturan” > “Aplikasi” > “Aplikasi terinstal” dan pilih aplikasi yang ingin dihapus. Untuk iOS, tekan dan tahan ikon aplikasi hingga muncul menu, lalu pilih “Hapus Aplikasi”. Langkah ini akan membersihkan perangkatmu dan mengurangi godaan untuk menggunakan aplikasi yang tidak penting.
Matikan notifikasi yang tidak penting
Notifikasi adalah salah satu penyebab utama kita sering mengecek ponsel. Matikan notifikasi dari aplikasi yang tidak mendesak seperti media sosial, game, atau aplikasi belanja. Ini akan membantu mengurangi gangguan dan memungkinkanmu lebih fokus pada aktivitas yang sedang dilakukan.
Tentukan waktu tanpa layar setiap minggu
Tetapkan waktu khusus setiap minggu—misalnya setiap Minggu—untuk melakukan digital detox. Mulailah dengan durasi yang nyaman, seperti beberapa jam, lalu tingkatkan secara bertahap. Beri tahu keluarga dan teman-temanmu tentang jadwal ini agar mereka memahami ketika kamu tidak merespons pesan dengan cepat.
Isi waktu dengan aktivitas offline
Selama waktu tanpa layar, ganti kebiasaan digital dengan aktivitas yang menyenangkan seperti:
- Membaca buku fisik
- Berolahraga atau berjalan-jalan di luar ruangan
- Memasak atau mencoba resep baru
- Menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga dan teman
Gunakan fitur ‘Do Not Disturb’ secara rutin
Manfaatkan fitur ‘Do Not Disturb’ pada perangkatmu. Fitur ini akan membisukan notifikasi, panggilan, dan peringatan dari aplikasi selama periode waktu tertentu. Kamu bisa menjadwalkannya aktif setiap malam (misalnya setelah jam 10 malam) atau saat sedang bekerja dan membutuhkan konsentrasi penuh.
Refleksi mingguan: apa yang terasa berbeda?
Setelah menjalani digital detox, luangkan waktu untuk merefleksikan pengalamanmu. Bagaimana perasaanmu? Apakah tidurmu lebih nyenyak? Apakah kamu merasa lebih tenang atau fokus? Refleksi ini penting untuk memahami dampak teknologi terhadap kesehatan mentalmu dan memotivasi diri untuk melanjutkan kebiasaan baik ini.
Ingat, digital detox bukanlah tindakan ekstrem, melainkan upaya menciptakan keseimbangan dalam penggunaan teknologi. Mulailah dengan langkah kecil, dan secara bertahap kamu akan merasakan manfaatnya.
Kesimpulan
Digital Detox Sunday ternyata menjadi rahasia kunci bagi Gen Z untuk menemukan ketenangan di era digital yang serba cepat ini. Melalui artikel ini, kita telah melihat bagaimana kebiasaan sederhana melepaskan diri dari teknologi selama satu hari dapat memberikan dampak luar biasa bagi kesehatan mental.
Tentu saja, kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Namun demikian, menciptakan batasan sehat dengan dunia digital bukanlah kemewahan—melainkan kebutuhan mendesak, terutama ketika rata-rata orang Indonesia menghabiskan hampir 8 jam sehari di depan layar.
Manfaat digital detox sudah terbukti jelas. Pengurangan stres sebesar 30%, tidur lebih berkualitas, fokus yang meningkat, dan hubungan sosial yang lebih bermakna hanyalah sebagian dari keuntungan yang bisa kita dapatkan. Selain itu, kesadaran Gen Z tentang pentingnya kesehatan digital semakin meningkat, terbukti dengan munculnya tren JOMO (Joy of Missing Out) sebagai tandingan FOMO yang sering menjebak kita.
Memulai Digital Detox Sunday tidak perlu rumit. Langkah-langkah sederhana seperti audit aplikasi, mematikan notifikasi, atau menetapkan waktu tanpa layar sudah cukup untuk memulainya. Yang terpenting, konsistensi dalam menerapkan kebiasaan ini akan menghasilkan perubahan signifikan dalam jangka panjang.
Akhirnya, perlu kita ingat bahwa digital detox bukan tentang menghindari teknologi sepenuhnya. Sebaliknya, ini tentang menciptakan hubungan yang lebih sehat dengan perangkat digital kita. Melalui keseimbangan yang tepat, kita bisa menikmati manfaat teknologi tanpa mengorbankan kesehatan mental dan kebahagiaan kita.
Jadi, mulai Minggu depan, coba sisihkan beberapa jam tanpa gadget. Kemudian, perhatikan perubahan pada mood, energi, dan fokus yang mungkin kamu rasakan. Meskipun tantangan di awal mungkin terasa berat, kebahagiaan sederhana yang kamu temukan kembali akan jauh lebih berharga daripada notifikasi yang terlewatkan.
Viral: Tren No Buy July 2025 Bikin Dompet Aman, Baca artikel seru ini buat kamu tau info hari ini.
Pingback: Startup Indonesia Terapkan Kerja 4 Hari per Minggu -