
Pernahkah Anda mendengar tentang gaya hidup YOLO yang sering mendorong kita untuk berbelanja impulsif dan mencari kesenangan sesaat? Saya dulu juga menjalani filosofi itu, namun semuanya berubah ketika saya menemukan konsep YONO. Pergeseran dari “You Only Live Once” ke “You Only Need One” ternyata membawa perubahan besar pada keuangan dan kesejahteraan mental saya.
YOLO artinya “You Only Live Once” atau “Anda hanya hidup sekali” – sebuah mindset yang seringkali mendorong kesenangan instan dan konsumsi berlebihan. Sebaliknya, gaya hidup YOLO dan YONO sangat berbeda. Apa itu YOLO dalam praktiknya? Gaya hidup YOLO adalah pendekatan yang memprioritaskan kepuasan jangka pendek, sementara YONO berakar pada kesederhanaan dan esensialisme. Filosofi yang berasal dari Korea Selatan ini terutama populer di kalangan Milenial dan Gen Z yang mencari kehidupan lebih bermakna.
Dalam artikel ini, saya akan berbagi pengalaman pribadi bagaimana transisi dari mentalitas YOLO ke YONO membantu saya menghemat hingga Rp50 juta dalam setahun. Perubahan sederhana dalam cara saya mengevaluasi pembelian dan fokus pada kualitas daripada kuantitas tidak hanya meningkatkan stabilitas keuangan saya, tetapi juga memberikan dampak positif pada lingkungan dan kesejahteraan mental saya secara keseluruhan.
Dari YOLO ke YONO: Apa yang Berubah?
YOLO artinya dan dampaknya pada gaya hidup konsumtif
Selama bertahun-tahun, filosofi “You Only Live Once” atau YOLO menjadi pegangan hidup populer di kalangan anak muda. YOLO artinya “Anda hanya hidup sekali” – sebuah prinsip yang mendorong kita untuk mengejar kesenangan tanpa terlalu memikirkan konsekuensi jangka panjang. Gaya hidup YOLO adalah pendorong utama budaya konsumtif yang memprioritaskan kepuasan instan.
Menurut data, 48,6% responden di Indonesia pada Januari 2025 masih menerapkan gaya hidup YOLO. Mindset ini telah membentuk perilaku konsumen yang berani mengeluarkan uang untuk barang-barang mahal, tiket konser dengan harga fantastis, hingga kebiasaan nongkrong di kafe mewah. Akibatnya, perilaku konsumtif semakin menjamur terutama di kalangan anak muda yang belum memiliki tanggung jawab besar.
YONO sebagai respons terhadap YOLO
Sementara itu, muncul tren baru bernama YONO (You Only Need One) sebagai antitesis dari YOLO. Berbeda dengan YOLO yang kerap memotivasi kita untuk hidup “mumpung hidup” dengan gaya konsumtif, YONO mengajak untuk lebih bijaksana dalam membuat keputusan. Filosofi ini menekankan pada hidup dengan kesadaran penuh, di mana seseorang hanya fokus pada kebutuhan yang benar-benar penting.
Tren YONO pertama kali populer di Korea Selatan sebelum menyebar ke negara-negara lain, termasuk Asia Tenggara. Choi Ye Bin (27), seorang direktur acara, menjadi contoh generasi muda yang menerapkan gaya hidup ini. Dia secara konsisten mencatat pengeluaran rumah tangga dan mengurangi kebiasaan makan di luar. Fenomena ini juga terlihat dari meningkatnya konsumsi makanan dari minimarket hingga 21% dan pembelian mobil domestik yang naik 34%.
Mengapa pergeseran ini penting di era sekarang
Pergeseran dari YOLO ke YONO menjadi semakin relevan di tengah tantangan ekonomi saat ini. Lonjakan inflasi dan rendahnya pertumbuhan pendapatan menjadi faktor utama di balik perubahan ini. Di Korea Selatan, inflasi mencapai puncaknya pada 5,1% pada 2022, sementara kenaikan gaji tahunan hanya 0,9%.
Selain faktor ekonomi, kesadaran akan keberlanjutan lingkungan juga mendorong perubahan ini. Dengan mengutamakan kualitas daripada kuantitas, YONO tidak hanya membantu mengelola keuangan dengan bijak, tetapi juga mengurangi konsumsi berlebihan yang berdampak pada lingkungan. Pada akhirnya, gaya hidup YONO mendorong masyarakat untuk beralih ke pola konsumsi yang lebih hemat dengan pengelolaan keuangan yang ketat di tengah tantangan tingginya biaya hidup saat ini.
Filosofi YONO dan Prinsip Intinya
Filosofi YONO yang sedang naik daun sebenarnya memiliki prinsip-prinsip yang jauh lebih dalam dari sekadar tren belanja. Berbeda dengan gaya hidup YOLO yang mendorong spontanitas, YONO mengajak kita untuk mempertimbangkan setiap keputusan dengan lebih cermat dan bermakna.
Fokus pada kualitas, bukan kuantitas
Inti dari filosofi YONO adalah memilih satu barang berkualitas daripada banyak barang yang cepat rusak. Dalam penerapannya, saya menemukan bahwa prinsip ini benar-benar mengubah cara berpikir saya tentang konsumsi. Misalnya, membeli satu sepatu berkualitas yang bertahan bertahun-tahun jauh lebih memuaskan daripada memiliki lima pasang yang cepat rusak.
Pendekatan ini bukan tentang membatasi diri secara berlebihan, melainkan memilih dengan bijak apa yang benar-benar kita butuhkan. YONO mengajarkan bahwa satu barang atau pengalaman yang benar-benar bermakna sudah cukup untuk menjalani kehidupan yang memuaskan.
Kesadaran penuh dalam pengambilan keputusan
Kesadaran (mindfulness) menjadi kunci dalam filosofi YONO. Ketika kita membuat keputusan dengan kesadaran penuh, kita bisa mengamati pikiran dan emosi tanpa penilaian. Dengan demikian, kita terhindar dari keputusan impulsif yang didorong oleh emosi negatif.
Dalam praktik sehari-hari, prinsip ini mengajak saya untuk menunda pembelian selama 24 jam untuk menentukan apakah barang tersebut benar-benar diperlukan. Pendekatan sadar ini membantu saya menghindari pembelian yang didorong oleh FOMO (fear of missing out) yang sering menjadi karakteristik gaya hidup YOLO.
Minimalisme modern dan keberlanjutan
YONO juga berkaitan erat dengan minimalisme modern yang berfokus pada keberlanjutan. Tidak seperti gaya hidup YOLO yang seringkali menghasilkan jejak karbon lebih besar akibat pola konsumsi yang tidak terkendali, tren YONO dengan penekanan pada konsumsi minimal dan berkelanjutan cenderung menghasilkan dampak lingkungan yang jauh lebih kecil.
Filosofi ini mendorong kita untuk memilih produk lokal dan ramah lingkungan, serta mendukung ekonomi berkelanjutan. Selain itu, YONO juga membantu mengurangi stres finansial dan meningkatkan kesejahteraan mental. Hasilnya, saya merasakan kepuasan yang lebih besar dengan memiliki lebih sedikit barang namun lebih berkualitas dan bermakna.
Kisah Nyata: Bagaimana Saya Menghemat Rp50 Juta dalam Setahun
Setahun lalu, hidupku didominasi gaya hidup YOLO yang membuat dompetku selalu tipis di akhir bulan. Pertama-tama, saya memutuskan melakukan perubahan radikal dengan beralih ke filosofi YONO dan hasilnya mengejutkan – saya berhasil menghemat Rp50 juta dalam setahun.
Langkah awal: audit keuangan dan barang
Perjalanan menghemat dimulai dengan audit keuangan menyeluruh. Saya mengumpulkan semua dokumen keuangan termasuk laporan bank, tagihan kartu kredit, dan catatan pengeluaran untuk mendapatkan gambaran jelas tentang kondisi keuangan saya. Kemudian, saya mengelompokkan pengeluaran menjadi kebutuhan pokok (perumahan, utilitas, makanan) dan non-esensial (hiburan, makan di luar).
Selanjutnya, saya membuat daftar semua utang beserta bunga dan cicilan bulanannya. Proses ini mengungkapkan pola pengeluaran yang mengkhawatirkan dan membantu saya menetapkan tujuan keuangan realistis menggunakan prinsip SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevant, Time-bound).
Mengurangi belanja impulsif dan langganan tidak penting
Data menunjukkan bahwa rata-rata orang menghabiskan Rp2.394.122 per bulan untuk pembelian impulsif. Untuk mengatasi ini, saya menerapkan “periode pendinginan” – menunda pembelian minimal 24 jam untuk barang kecil dan 30 hari untuk barang mahal.
Saya juga membuat daftar belanja dan bertekad tidak membeli apapun di luar daftar. Untuk belanja online, saya klik “Tambahkan ke Keranjang” bukan “Beli Sekarang” agar memiliki waktu berpikir. Saya membatalkan langganan digital yang jarang digunakan, seperti layanan streaming dan aplikasi berbayar yang menguras Rp500 ribu hingga Rp1 juta per bulan.
Berinvestasi pada barang berkualitas dan tahan lama
Meskipun terdengar kontradiktif, saya mulai memilih produk berkualitas meski harganya lebih mahal. Misalnya, satu laptop premium dari merek terpercaya seperti Dell atau Apple memang lebih mahal di awal tetapi memberikan performa lebih baik dan daya tahan lebih lama.
Dengan demikian, saya bisa mengurangi biaya perbaikan dan penggantian peralatan yang sering rusak. Pendekatan ini juga saya terapkan pada furnitur dan peralatan rumah tangga yang digunakan sehari-hari.
Mengubah gaya hidup digital dan sosial
Saya mulai jujur kepada teman-teman tentang kondisi keuangan saya. Ternyata, banyak yang mendukung dan bahkan memiliki tujuan serupa. Kami merencanakan kegiatan hemat biaya seperti malam film di rumah atau jalan-jalan di taman.
Ketika nongkrong di luar, saya makan terlebih dahulu di rumah dan bergabung hanya untuk minuman, menghemat setidaknya Rp300 ribu setiap minggu. Saya juga menggunakan WhatsApp untuk berkomunikasi karena gratis selama terhubung WiFi.
Mencatat pengeluaran dan refleksi bulanan
Saya mencatat setiap pengeluaran menggunakan aplikasi pengelolaan keuangan. Ini membantu saya mengidentifikasi area pengeluaran berlebihan dan membuat penyesuaian yang diperlukan. Melacak pengeluaran memberikan kejelasan tentang kemana uang saya pergi dan membangun kebiasaan keuangan yang lebih baik.
Setiap bulan, saya menyisihkan waktu untuk peninjauan keuangan – membandingkan pengeluaran aktual dengan anggaran dan melakukan penyesuaian. Pola ini memungkinkan saya melihat kemajuan nyata dari waktu ke waktu. Dengan konsistensi dan kesabaran, target Rp50 juta yang awalnya tampak mustahil berhasil saya capai dalam setahun.
Manfaat Gaya Hidup YONO yang Saya Rasakan
Beralih dari gaya hidup YOLO ke YONO memberikan manfaat yang jauh melampaui sekadar angka di rekening bank. Perjalanan transformasi ini menghasilkan perubahan positif dalam berbagai aspek kehidupan saya. Berikut adalah manfaat nyata yang saya rasakan selama menjalankan filosofi “You Only Need One”.
Kesehatan finansial yang lebih stabil
Setelah menerapkan prinsip YONO, stres finansial yang dulu sering saya alami kini berkurang drastis. Perencana keuangan Prita Ghozie menyatakan bahwa konsep YONO membantu generasi muda menjadi lebih bijak dalam mengelola keuangan, dengan hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan.
Dengan YONO, saya tidak lagi terburu-buru mengejar tren dan berambisi untuk pamer kekayaan. Akibatnya, pengeluaran impulsif berkurang dan saya bisa lebih hemat. Di sisi lain, fokus pada kualitas daripada kuantitas membantu saya berinvestasi pada barang-barang yang benar-benar berharga.
Ketenangan mental dan ruang hidup yang lebih rapi
Rumah yang berantakan ternyata berdampak signifikan terhadap kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang tinggal di lingkungan berantakan memiliki kadar kortisol (hormon stres) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tinggal di ruang yang rapi.
Sejak menerapkan YONO, rumah saya menjadi lebih teratur dan minim barang. Hasilnya, saya merasa lebih tenang dan fokus. Ruang yang rapi menciptakan ketenangan pikiran dan membantu saya tidur lebih nyenyak. Bahkan, ruang yang terorganisir terbukti meningkatkan produktivitas dan konsentrasi.
Hubungan sosial yang lebih bermakna
Dengan mengurangi fokus pada materialism, saya dapat membangun solidaritas sosial yang lebih kuat. Menurut pengamat psikososial dan budaya Endang Mariani, filosofi YONO membantu mengurangi kecemburuan sosial yang sering muncul akibat kesenjangan gaya hidup, terutama ketika seseorang merasa tertinggal dalam mengejar tren.
Tidak hanya itu, saya juga mulai lebih menghargai keberadaan orang lain daripada sekadar mengejar kepemilikan materi. Hubungan saya dengan keluarga dan teman-teman menjadi lebih autentik karena didasarkan pada koneksi yang tulus, bukan pada tampilan luar atau barang-barang mahal.
Dampak positif terhadap lingkungan
Salah satu manfaat tak terduga dari gaya hidup YONO adalah dampaknya pada lingkungan. Jika gaya hidup YOLO sering menghasilkan jejak karbon yang lebih besar akibat pola konsumsi yang tidak terkendali, maka tren YONO dengan penekanannya pada konsumsi minimal dan berkelanjutan cenderung menghasilkan dampak lingkungan yang jauh lebih kecil.
Dengan berfokus pada barang berkualitas yang dapat digunakan dalam jangka panjang, saya mengurangi limbah dan sampah. Selain itu, saya lebih sering memilih produk lokal, yang membantu mengurangi emisi karbon dari transportasi jarak jauh serta menghidupkan ekonomi lokal.
Kesimpulan
Perjalanan saya dari gaya hidup YOLO ke YONO membuktikan bahwa perubahan sederhana dalam pola pikir dapat menghasilkan dampak luar biasa. Penghematan Rp50 juta dalam setahun hanyalah satu dari banyak manfaat yang saya rasakan. Ternyata, filosofi “You Only Need One” bukan sekadar tren keuangan, melainkan pendekatan holistik yang menyentuh seluruh aspek kehidupan.
Memilih barang berkualitas daripada kuantitas tidak hanya menghemat uang jangka panjang, tetapi juga menciptakan rumah yang lebih teratur dan pikiran yang lebih tenang. Selain itu, keputusan konsumsi yang lebih sadar membawa dampak positif bagi lingkungan dan membentuk hubungan sosial yang lebih bermakna.
Meskipun transisi ini membutuhkan waktu dan konsistensi, hasilnya sangat sebanding dengan usaha yang dikeluarkan. Tantangan terbesar biasanya muncul pada minggu-minggu awal ketika kebiasaan lama masih kuat. Namun demikian, setelah melewati fase tersebut, prinsip YONO menjadi bagian alami dari kehidupan sehari-hari.
Tentu saja, penerapan YONO tidak harus identik dengan pengalaman saya. Anda dapat menyesuaikan prinsip-prinsip ini dengan kebutuhan dan kondisi pribadi. Yang terpenting adalah kesadaran penuh dalam setiap keputusan konsumsi dan fokus pada apa yang benar-benar penting.
Pada akhirnya, gaya hidup YONO memberikan kebebasan yang lebih besar daripada YOLO. Kebebasan dari tekanan finansial, kebebasan dari kebutuhan terus-menerus mengejar tren, dan kebebasan untuk hidup sesuai nilai-nilai pribadi. Dengan kata lain, YONO tidak hanya menghemat uang Anda, tetapi juga menyelamatkan waktu, energi, dan ketenangan pikiran Anda—hal-hal yang jauh lebih berharga daripada kepemilikan materi.
Artikel menarik juga bisa dibaca disini 5 AI Generator Gratis Terbaik untuk Konten Edukasi AI
Referensi
[1] – https://blog.danasyariah.id/yono-lifestyle-yang-gantikan-yolo/[2] – https://www.antaranews.com/berita/4583710/perubahan-gaya-hidup-dari-yolo-ke-yono-pilihan-hidup-yang-lebih-baik
[3] – https://seasia.co/2025/01/24/from-yolo-to-yono-the-shift-toward-a-simpler-and-more-sustainable-gen-z-lifestyle
[4] – https://www.geriatri.id/artikel/3048/dari-yolo-ke-yono-pergeseran-gaya-hidup-anak-muda-menata-hari-tua
[5] – https://www.oakmerewealth.co.uk/post/how-to-conduct-a-personal-financial-audit-for-the-2024
[6] – https://www.cnbc.com/select/how-to-avoid-impulse-buying/
[7] – https://www.forbes.com/sites/truetamplin/2025/01/20/6-tips-to-prevent-impulse-buying-and-improve-your-financial-habits/
[8] – https://www.edtechinnovationhub.com/news/six-ways-to-save-money-on-your-technology-how-to-cut-costs-without-sacrificing-your-digital-lifestyle
[9] – https://www.purchasingpower.com/blog/invest-in-quality-buys
[10] – https://www.stepchange.org/debt-info/save-money-social-life.aspx
[11] – https://www.associatedbank.com/education/articles/personal-finance/banking-basics/how-to-track-monthly-expenses
[12] – https://tonikbank.com/blog/balancing-books-top-10-tips-effective-monthly-expense-tracking
[13] – https://whiz.id/en/how-to-save-50-million-in-a-year-guaranteed-success/
Pingback: Gaji ke-13 untuk PNS Cair 2 Juni Bebas Iuran -